Labels

02/05/2020

Covid19 Memaksa Terjadinya Revolusi Pendidikan (Bagian Terakhir)

Betapa indahnya seandainya di pendidikan dasar dan menengah pertama (SD dan SLTP), siswa tidak dibebani banyak mata pelajaran. Tidak juga diadakan ujian yang ujung-ujungnya hanya membuat siswa berkompetisi karena label nilai yang mereka peroleh. Jiwa kompetisi bisa dimunculkan hanya khusus ketika mereka bertanding di olahraga.

Mata pelajaran yang diberikan untuk siswa SD harus berkaitan dengan pembentukan karakter dan pola berpikir analitis yang sederhana. Mereka harus dibentuk untuk menjadi anak yang sopan, berempati, dan berani menyampaikan secara lisan tentang apa yang menjadi pendapatnya ataupun apa yang dia ingin tanyakan. Untuk pembentukan pola berpikir analitis, matematika dasar cocok untuk diajarkan. Materi hitung menghitung ini harus relevan dengan kejadian sehari-hari yang siswa alami di sekolah dan di rumah.

Di tingkat SLTP, apa yang diperoleh di pendidikan dasar hanya perlu dimantapkan dan dimatangkan. Perlu juga diberi pemahaman tentang esensi mereka sebagai manusia. Sekali lagi, tidak perlu lagi terjadi transfer pengetahuan karena pengetahuan bisa mereka dapatkan dari buku atau internet jika mereka berminat. Yang perlu hanyalah transfer ilmu menjalani kehidupan.

Di tingkat SD dan SLTP ini, negara wajib mengatur dan menyamakannya untuk seluruh Indonesia. Kolaborasi yang manis harus terjadi antara guru dan orang tua siswa dalam mendidik. Misalnya, siswa dididik oleh guru di sekolah selama maksimal 4 jam. Di rumah, orang tua wajib mendidik selama 2 jam khusus untuk membentuk karakternya. Durasi 2 jam di rumah itu juga sesekali dipantau oleh guru.

Di tingkat menengah atas dan perguruan tinggi, negara tidak perlu terlalu mengatur dan membatasi gerak lembaga pendidikan di dua tingkat itu. Yang perlu dipahamkan di tahun pertama tingkat menengah atas (SLTA) tersebut adalah bahwa siswa sudah punya arahan tentang cara melanjutkan penghidupannya berdasarkan minat yang dipilih. Jika siswa nantinya berminat mencari nafkah di bidang teknologi, mereka bisa memilih SLTA atau perguruan tinggi rumpun teknologi. Atau rumpun ilmu yang lain yang mereka minati dan bisa menjadi lahan untuk mencari nafkah. Jadi sebenarnya di tingkat SLTA dan di atasnya, yang lebih diasah adalah ketrampilannya.

Apa yang saya sudah sampaikan adalah efek dari masa krisis wabah ini. Saya hanyalah seorang guru Bahasa Inggris yang suatu saat nanti profesi ini akan tergerus hilang karena modernisasi teknologi. Namun saya yakin saya tetap bisa mendidik, karena setiap orang punya kemampuan untuk mendidik.

Semoga ada perbaikan pendidikan di Indonesia.


No comments:

Post a Comment