Labels

17/03/2024

Stop bilang: "Jangan menilai saya!"

Orang mempunyai kecenderungan untuk menilai apapun atau siapapun. Pasti ada sekelumit kesimpulan ataupun penilaian jika kita melihat kertas robek misalnya. 

"Duh sayang sekali kertasnya robek, gak bisa dipakai dong!" 
"Wah, lumayan ada kertas gak kepakai, bisa buat bakar sampah." 
"Kok kebangetan bener sih si empunya kertas? Gak bisa hati-hati gitu to? Masak bisa sampai robek gini?"
"Ah, itu bisa takbuang yang bagian robek. Takpotong aja. Biar kertasnya bisa dipakai buat nulis atau bikin coretan." 
"Wah, pola robekannya kok bisa gitu ya? Itu sengaja dirobek kayaknya." Dan kesimpulan-kesimpulan yang lain.

Atau misalnya saat melihat seorang anak kecil berpakaian bagus yang duduk sendirian dan terlihat santai.

"Anak itu keren! Pasti orang tuanya kaya."
"Kasihan sekali anak itu sendirian. Kok orang tuanya tega ya?"
"Pasti orang tuanya orang hebat. Anaknya bisa terlihat tenang walaupun sendirian."
"Wah masih kecil kok gayanya sudah terlihat sombong ya."
"Dia pasti anak warga sini. Makanya dia gak terlihat takut walaupun sendirian." Dan kesimpulan-kesimpulan yang lain.

Mungkin memang ada orang yang di benaknya tidak perlu ataupun tidak bisa membuat kesimpulan setelah melihat sesuatu ataupun seseorang. Namun itu ibarat satu dari seribu. Pada dasarnya, orang pasti menilai.

Jika ternyata ada ungkapan "don't judge a book from its cover", hal itu pasti bermula dari muaknya seseorang yang terlalu sering melihat orang-orang lain yang mengata-ngatai buku pengetahuan yang dia miliki. Bukunya sangat usang dan jelek sampulnya karena memang sering dibuka untuk dibaca. Saking jengkelnya, maka dia selalu bilang ke orang-orang yang melihat bukunya agar jangan menilai dari sampulnya. Tapi saya yakin, si pencetus ungkapan itu tetap mengakui bahwa orang tetap menghina buku itu karena sampulnya.

Buku saja dinilai sampulnya, apalagi orang. Ada orang sedang duduk berdiam diri. Pasti ada orang lain yang membuat penilaian tentang orang yang duduk bersendiri itu. Ada orang yang biasanya berpakaian warna-warna gelap. Suatu hari dia berpakaian warna pink atau kuning. Pasti ada orang lain yang menilai si orang yang berpakaian pink atau kuning itu. Ada orang yang lama tidak terlihat di media sosialnya. Tiba-tiba dia muncul dan mem-posting foto-foto tampan atau cantiknya, atau tiba-tiba dia menulis caption bernada curhatan, marah, sedih, ataupun filosofis. Orang lain pasti ada yang membuat penilaian tentang perubahan dia yang sangat drastis itu.

Oleh karena itu, jika ada selebgram, kreator digital, ataupun public figure bilang: "Tidak usahlah kalian menilai tentang saya!", maka mereka sedang lupa bahwa salah satu kebiasaan manusia yang lumrah adalah menilai orang lain.


No comments:

Post a Comment