Labels

18/03/2024

Quiet Quitting or Work-Life Balance?

The phrase "quiet quitting" really is ridiculous for me. I don't know who made that phrase famous, but I am sure that person who made it famous has some problem with work-life balance. And I'm sure that he works not for a manufacturing company as a machine operator or production staff. That person is, perhaps, dedicating himself for a job dealing with data, system, or customer. 

Because of the full dedication, there is a big possibility that his bosses prefer him to other staff. They really count on him because he is very capable of making things right for the company. Therefore, every time the company is in need for a quick fix, the boss will go straight to him as the savior. The boss doesn't give a damn if it's already his time to go home. Like some bosses say: Good careers are all about dedication and loyalty.

A wise decision when dealing with our job is just to do it based on the job description. That's enough. We don't need to show off our intelligence and effort if it is not our job description. It is not about avoiding work load; it is about maintaining our mental health while at work. 

By focusing on only doing our job at work, we can manage our own time at work. We don't force ourselves to work harder when we know it is the time to break for lunch and prayer. We also don't prolong our time to break and pray on purpose just because we want to relax longer while at work. And when it is the time to go home, we should go home soon because we have our personal life outside of work. If we intentionally go home later than the work time, we are considered bad at time management. Or maybe we are considered to not have a happy life outside of work😬

Who doesn't want to have a work-life balance? If we have a career, the work time is given to us to do and finish our job perfectly. If we have a business, we can regulate our own time to focus on doing our business. Outside of the work time or the business time, it is advisable that we enjoy our personal life or family life.

When dealing with career, we have the bosses and the supervisors who always control and manage us. As a worker and we are forced to work beyond our limit (they call it multitask), the management should give compensations in exchange for our time and energy. If the management doesn't give any compensations, there must be something wrong with the management system. However, if we say no to that multitasking assignment, we will be considered doing a quiet-quitting by the management team, while, in reality, we just want to have a good mental health while at work.

And, perhaps, something else worse might happen. After knowing that we work just to focus on our job description, the management team may think that we are quietly quitting. Then we will be put in a list that the management team will be quietly firing😆

Let us just hope that we are enjoying our career in a place where the management team are not quietly firing us just because we have a strong principle of work-life balance.

17/03/2024

Stop bilang: "Jangan menilai saya!"

Orang mempunyai kecenderungan untuk menilai apapun atau siapapun. Pasti ada sekelumit kesimpulan ataupun penilaian jika kita melihat kertas robek misalnya. 

"Duh sayang sekali kertasnya robek, gak bisa dipakai dong!" 
"Wah, lumayan ada kertas gak kepakai, bisa buat bakar sampah." 
"Kok kebangetan bener sih si empunya kertas? Gak bisa hati-hati gitu to? Masak bisa sampai robek gini?"
"Ah, itu bisa takbuang yang bagian robek. Takpotong aja. Biar kertasnya bisa dipakai buat nulis atau bikin coretan." 
"Wah, pola robekannya kok bisa gitu ya? Itu sengaja dirobek kayaknya." Dan kesimpulan-kesimpulan yang lain.

Atau misalnya saat melihat seorang anak kecil berpakaian bagus yang duduk sendirian dan terlihat santai.

"Anak itu keren! Pasti orang tuanya kaya."
"Kasihan sekali anak itu sendirian. Kok orang tuanya tega ya?"
"Pasti orang tuanya orang hebat. Anaknya bisa terlihat tenang walaupun sendirian."
"Wah masih kecil kok gayanya sudah terlihat sombong ya."
"Dia pasti anak warga sini. Makanya dia gak terlihat takut walaupun sendirian." Dan kesimpulan-kesimpulan yang lain.

Mungkin memang ada orang yang di benaknya tidak perlu ataupun tidak bisa membuat kesimpulan setelah melihat sesuatu ataupun seseorang. Namun itu ibarat satu dari seribu. Pada dasarnya, orang pasti menilai.

Jika ternyata ada ungkapan "don't judge a book from its cover", hal itu pasti bermula dari muaknya seseorang yang terlalu sering melihat orang-orang lain yang mengata-ngatai buku pengetahuan yang dia miliki. Bukunya sangat usang dan jelek sampulnya karena memang sering dibuka untuk dibaca. Saking jengkelnya, maka dia selalu bilang ke orang-orang yang melihat bukunya agar jangan menilai dari sampulnya. Tapi saya yakin, si pencetus ungkapan itu tetap mengakui bahwa orang tetap menghina buku itu karena sampulnya.

Buku saja dinilai sampulnya, apalagi orang. Ada orang sedang duduk berdiam diri. Pasti ada orang lain yang membuat penilaian tentang orang yang duduk bersendiri itu. Ada orang yang biasanya berpakaian warna-warna gelap. Suatu hari dia berpakaian warna pink atau kuning. Pasti ada orang lain yang menilai si orang yang berpakaian pink atau kuning itu. Ada orang yang lama tidak terlihat di media sosialnya. Tiba-tiba dia muncul dan mem-posting foto-foto tampan atau cantiknya, atau tiba-tiba dia menulis caption bernada curhatan, marah, sedih, ataupun filosofis. Orang lain pasti ada yang membuat penilaian tentang perubahan dia yang sangat drastis itu.

Oleh karena itu, jika ada selebgram, kreator digital, ataupun public figure bilang: "Tidak usahlah kalian menilai tentang saya!", maka mereka sedang lupa bahwa salah satu kebiasaan manusia yang lumrah adalah menilai orang lain.


15/03/2024

Nyata dan Maya

Judul tulisan kali ini terkesan agak aneh bahkan bagi saya sendiri. Ini mungkin dipengaruhi oleh lamanya saya tidak menulis di blog ini. Sudah hampir setahun saya tidak produktif di blog pribadi saya ini yang mengakibatkan saya kesulitan membuat judulnya 😅 Akan tetapi apa yang akan saya tuliskan di sini memang ada kaitannya dengan dunia nyata dan dunia maya.

Beberapa orang bilang bahwa kita harus terlihat ada di dunia maya. Selain kita adalah makhluk yang nyata dan kasat mata dan perlu menjalani hidup di dunia nyata, kita ternyata disarankan untuk hidup juga di dunia maya. Jika ternyata kita susah dicari di dunia maya, kita akan dianggap oleh orang lain sebagai sosok yang menutup diri. 

Sama halnya dengan kehidupan kita di dunia nyata. Jika kita tidak pernah bergaul dengan tetangga, kita juga akan disangka sebagai orang yang suka menutup diri. Bahkan parahnya lagi, kita akan dianggap sebagai orang yang berbahaya karena kebanyakan teroris di negara ini sering identik dengan sosok yang tertutup dan tidak pernah bergaul dengan tetangga.

Namun bukan berarti jika kita tidak terlihat di dunia maya, lantas kita dianggap sebagai orang yang berbahaya. Dan hal itu pun bukan berarti bahwa kita adalah orang yang tertutup. Beberapa alasan mengapa orang tidak terlihat di dunia maya antara lain karena mereka memang bukan pengguna internet, karena mereka terlalu sibuk mengurusi dunia nyata, karena mereka tidak telaten jika harus menggunakan telepon pintar ataupun komputer setiap saat, ataupun karena mereka menginginkan hidup tentram di dunia nyata.

Terkadang terasa lucu jika kita telah mengenal seseorang di dunia nyata dan ternyata kita mengetahui bahwa kehidupan orang itu di dunia maya jauh berbanding terbalik di dunia nyata. Gambarannya seperti ini: Misalnya teman kita terlihat bersahaja, santun, dan kehidupan pribadi dan keluarganya terkesan baik-baik saja. Namun ternyata, setelah kita tergelitik untuk mencari tahu tentang bagaimana dia di kehidupan maya, kesantunan dan kebersahajaan dia langsung sirna. Dia ternyata sangat liar di dunia maya. 

Dari gambaran tersebut, mungkin saja si teman kita itu memang sengaja menunjukkan jati diri dia yang tidak asli di dunia maya. Namun alangkah lebih baik jika dia menggunakan nama samaran. Tingkah dia seperti itu di dunia maya akan mengakibatkan orang-orang membuat kesimpulan yang bermacam-macam. Atau apakah dia menginginkan hal itu terjadi? Lalu apa tujuan dia? Kepuasan pribadi? Menggiring orang untuk menggunjingkan dia? Menggiring orang untuk berbuat dosa?

Terlepas dari dosa tidaknya bergunjing, bukankah lebih baik jika dia tidak perlu bertingkah di dunia maya? Tidaklah perlu untuk mengumbar masalah, kecantikan, ketampanan, kekayaan di dunia maya jika ujung-ujungnya hanya akan membuat orang lain menggunjingkan dia. Alangkah bijaknya jika dia berpikir ulang untuk mengunggah sesuatu tentang kehidupan pribadinya. Mestinya jika dia berpikir rasional, dia akan benar-benar mempertimbangkannya sebelum mengunggah, mengingat bahwa penduduk dunia maya kebanyakan senang menilai orang.

Buat saya pribadi, nyata dan maya memang harus seimbang karena saya memaklumi perkembangan teknologi internet. Namun, saya tetap akan memprioritaskan kehidupan nyata karena saya adalah makhluk yang kasat mata yang menghargai jabat tangan dari orang lain, menikmati aroma segar udara pagi, menyukai halusnya bulu kucing, dan mengagumi senyuman tulus dari orang lain yang tidak terganggu sinyal internet.