Labels

21/05/2012

Kejutan Tiket Masuk Telaga Ngebel

Banyak cara dilakukan oleh sebuah pemerintah kabupaten untuk membuat objek wisata yang dimilikinya 'laku'. Salah satu cara, yang menurut saya konyol, dilakukan oleh Pemkab Ponorogo untuk Telaga Ngebelnya. Hari Minggu tanggal 20 Mei 2012 saya dan suami berniat melihat ketenangan telaga Ngebel. Tidak ada kecurigaan kalau akan ada event khusus di Ngebel, walaupun hari itu bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional karena saya yakin Pemkab Ponorogo dan pemkab-pemkab lainnya masih membuai pegawainya dengan libur panjang (17 Mei, Kamis, adalah tanggal merah). 

Dengan semangat kami berangkat pagi-pagi agar masih kebagian udara sejuknya di sana. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari rumah, saya heran ketika tiba di loket. Banyak pria berseragam (bukan seragam pemkab, tapi seperti seragam buat satu komunitas) sedang duduk-duduk di sekitar loket. Namun dengan percaya diri, saya menyodorkan uang Rp 5000 karena saya tahu tarifnya memang sebesar itu untuk 2 orang. Secara mengejutkan, salah satu orang berseragam itu memberitahu bahwa tarifnya berubah menjadi Rp 15000; 2 orang berarti Rp 30000. Masalahnya, yang membuat saya syok bercampur jengkel adalah bahwa dia tidak memberitahu mengapa ada perubahan tarif yang begitu melonjaknya. Otomatis, saya terpaksa menanyakannya. Ternyata, dari penjelasannya yang tanpa senyum dan muka ramah, ada event dangdut di area telaga Ngebel. Jadi, kesimpulan saya sendiri adalah bahwa pengunjung dan penikmat ketenangan telaga Ngebel dipaksa menonton acara dangdut yang notabene tidak tenang. Jelas tidak bisa tenang karena acara seperti itu identik dengan goyang seronok dan musik yang sound systemnya menghancurkan gendang telinga. Yang pasti, karena saya dan suami saya bukan penggemar dangdut, kami balik kanan. Sayang juga kalau harus kehilangan Rp 30000 untuk mendapatkan ketidaktenangan. Lebih baik uang itu buat cari sarapan yang enak. Itupun masih ada kembalian.

Perjalanan balik kanan saya diliputi dengan komentar-komentar dalam hati tentang pemkab Ponorogo. Karena ini sedang menulis, saya tuangkan di sini saja. Komentar saya bukanlah hinaan buat pemkab Ponorogo; hanya berupa masukan, siapa tahu ada pihak dari sana yang membaca tulisan ini. Menurut saya, kalau memang ada event hingar bingar seperti dangdut atau musik jenis lain, lebih afdol kalau diadakan di tempat lain. Ngebel banyak dikunjungi orang karena ketenangannya dan misterinya. Kalau ada acara hingar bingar, suasana syahdu telaga jadi hilang. Tapi kalau memang tidak ada pilihan tempat lain, tiket masuk bisa tetap sama tarifnya, sementara untuk acara dangdut yang di dalam dibuatkan tempat khusus tertutup. Jadi pengunjung yang tertarik dengan dangdut (saya yakin sekali kalau banyak yang tertarik) bisa bayar tiket masuk event itu. Dengan penataan seperti itu, saya yakin akan menimbulkan kesan yang baik dari pengunjung telaga, khususnya yang jauh-jauh datang dari luar kota. Jangan punya kekuatiran kalau-kalau nanti acara dangdutnya sepi penonton. Dangdut kan is the music of my country; pasti laku. 

Semoga tulisan ini bermanfaat, paling tidak bisa jadi bahan cerita. Untuk pemkab Ponorogo, kalau memang cara menaikkan tarif masuk ke Ngebel secara sangat melonjak tersebut adalah salah satu cara menaikkan pendapatan daerah karena untuk 'keperluan-keperluan yang lain', saya berharap itu untuk keperluan penting. 

No comments:

Post a Comment