Labels

27/03/2023

Bisa bedakan "-nya" dan "-Nya"?

Materi bahasa Indonesia memang gampang-gampang susah. Saya sendiri yang orang Indonesia juga masih bimbang apakah saya harus menggunakan kata "jaman" ataukah "zaman". Walaupun sebenarnya saya bisa memeriksanya sendiri di aturan bahasa Indonesia yang baku yang bisa saya cari di Google. Ibaratnya sesederhana "one click away", semua masalah tentang kebimbangan pengetahuan bisa dibereskan dengan cepat. Termasuk kebimbangan tentang mana yang benar: "mengkonsolidasikan" ataukah "mengonsolidasikan". Ada beberapa warga asing yang belajar bahasa Indonesia mengatakan bahwa hal yang paling sulit dalam bahasa Indonesia adalah imbuhan yang berupa awalan, sisipan, dan akhiran.

Saya mau ambil contoh penggunaan akhiran "-nya":

1. Wah, ternyata bolanya jatuh ke parit. (-nya di kata "bolanya" berarti menggantikan kata tunjuk)

2. Saya bertemu Bu Wanda dan anaknya. (-nya di kata "anaknya" berarti pengganti kata milik orang)

3. Tuhan menyayangi makhluk ciptaan-Nya. (-Nya di situ berarti menggantikan milik Tuhan)

Masih banyak contoh penggunaan akhiran -nya yang lain. Tapi karena saya bukan ahli bahasa Indonesia, tiga contoh sudah cukup.

Ada contoh menggelitik yang berhubungan dengan akhiran "-nya". Saya akan berikan contoh caption di di satu momen peringatan keagamaan. Mestinya contoh caption ini pun bisa ditemukan di artikel yang membahas caption yang sesuai dengan tema momen tersebut. Ini contohnya yang sudah saya lihat juga di artikelnya: "Semoga Tuhan senantiasa bersama dengan mereka yang mengingat penciptaan-Nya, merenungkan serta merasakan ketenangan di tengah keramaian dunia." Apakah ada keanehan terasakan dari kata "penciptaan-Nya"? Buat saya, tidak ada yang aneh. Kalimat itu benar secara makna, makna yang saya pahami. Kalimat di atas adalah doa buat mereka (yaitu umat manusia dan makhluk lain yang juga ciptaan Tuhan) yang mau mengingat penciptaan Tuhan. Penciptaan maha karya Tuhan sudah selayaknya harus diingat dan direnungi agar umat bisa selalu sadar dari mana mereka berasal. Itu yang saya pahami karena saya yakin bahwa Tuhan itu maha pencipta dan Dia tidak diciptakan.

Nah, yang membuat saya jadi agak merasa aneh adalah ketika ada ralat untuk doa itu. Ada pihak yang meralatnya menjadi begini: "Semoga Tuhan senantiasa bersama dengan mereka yang mengingat pencipta-Nya, merenungkan serta merasakan ketenangan di tengah keramaian dunia." Kok rmereka (umat) seakan-akan disuruh mengingat siapa yang menciptakan-Nya. Nah, berarti kalimat doa itu menimbulkan kesan bahwa kita umat manusia harus ingat bahwa ada yang menciptakan Tuhan. Lho??

Ada dua kemungkinan yang terjadi pada dia yang meralat itu. Kemungkinan pertama adalah dia termasuk golongan orang yang mempercayai bahwa Tuhan itu ada yang menciptakan. Berarti dia percaya ada yang lebih Maha daripada Tuhan yang dia sembah. Dari ritual yang dia lakukan sebagai umat, dia menyembah Tuhan; bukan penyembah pencipta Tuhan. Berarti kemungkinan pertama bisa saya bantah sendiri. Kemungkinan kedua, dia termasuk yang tidak paham tentang teori bahasa Indonesia. 

Namun, apa mau dikata? Orang mempunyai kecenderungan untuk menilai salah dan benar, cocok dan tidak cocok. Saya berusaha memahami dia yang meralat itu. Saya berusaha di sudut pandang dia; sudut pandang orang yang kurang bisa menelaah informasi tertulis. 

Bagaimana? Sudah membaca sampai akhir tulisan ini? Terima kasih. Selamat memahami sudut pandang saya.