Labels

31/01/2022

Mengapa Kepalsuan Semakin Parah

Pernahkah terlintas di benak kita tentang orisinalitas gaya hidup kita? Sadarkah bahwa apapun yang terjadi di kehidupan kita, ada peran pihak lain yang 'mencetak' diri kita? Tidak bisa dipungkiri memang jika kita tidak bisa menjalani kehidupan tanpa campur tangan pihak lain. Campur tangan orang lain yang bersifat membangun, serta campur tangan yang bersifat mengintimidasi.

Àda yang bilang bahwa kita butuh role model untuk menjadi lebih baik. Ada juga yang bilang bahwa kita perlu selalu menunjukkan sisi terbaik kita. 

Namun jika saya membandingkan dengan prinsip hidup: 'ketika tangan kanan berbuat baik, jangan biarkan tangan kiri mengetahuinya', prinsip itu sama logisnya juga dengan: 'ketika tangan kiri berbuat jelek, jangan biarkan tangan kanan mengetahuinya'.

Perbandingan yang saya deskripsikan memang konyol. Akan tetapi, saya dianugerahi otak yang bisa saya manfaatkan untuk berpikir. Saya pun bebas berpikir dengan konyol.😅

Dengan adanya tuntutan dari kehidupan modern yang memaksa kita untuk berlaku sempurna di mata orang lain, seakan-akan kita dipaksa untuk selalu menggunakan tangan kanan kita. Kita dipaksa untuk terlihat prima, baik, cantik, tampan, berhati malaikat, tidak pernah melakukan kesalahan di mata orang lain. 

Betapa malangnya nasib tangan kiri. Betapa malangnya 'potensi' kita untuk menjadi lebih 'mengerikan' andaikan kita menggunakan tangan kiri kita. Potensi itu kita pendam dengan paksaan karena ketakutan kita akan tercemarnya harga diri kita jika potensi itu mendadak muncul. Akan sangat memalukan di mata orang lain.

Apapun yang kita tunjukkan di mata orang lain, betapa menderitanya kita jika kita terus-terusan menghilangkan peran 'tangan kiri', padahal tangan kiri itu adalah bagian dari kita juga. Lambat laun tangan kiri tidak akan bisa difungsikan. Akibatnya kita tidak bisa menjadi seutuhnya kita.

Sekarang abaikan perumpamaan saya yang menggunakan tangan kanan dan kiri. Mari kita pahami keberadaan kita di dunia sosial. Gebyar yang kita tunjukkan di kehidupan sosial, entah itu di kehidupan nyata ataupun maya, semua adalah sisi hebat, sisi berkelas, sisi wow dari diri kita. Sisi gebyar yang seakan kita lupa bahwa kita masih punya sisi yang lain. Sisi gebyar yang justru memperlihatkan betapa palsunya kita.

Semakin kita mengikuti arus yang terjadi di kehidupan sosial, semakin sempurna pula kepalsuan kita. Semakin kita menuruti hawa nafsu untuk memuaskan keinginan publik, semakin jauh kita dari otentisitas kita. 

Mari berdamai dengan diri kita yang memiliki sisi lain. Mari kita terima keberadaan sisi lain itu agar kita bisa dengan mudah mengolah sisi lain itu.