Labels

20/11/2015

Padi dan rumput

Saya teringat tulisan di media sosial tentang padi dan rumput: Jika menanam padi, kemungkinan besar rumput pun bisa tumbuh, tetapi jika menanam rumput, tidak mungkin akan tumbuh padi. Sangat logis secara ilmu pertanian. Secara ilmu kehidupan, ya mesti logis juga.

Kita ibaratkan padi adalah tindakan yang bermanfaat. Sedangkan rumput adalah tindakan yang tidak bermanfaat. Ketika kita melakukan tindakan yang bermanfaat, bisakah muncul tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat sebagai reaksi dari tindakan bermanfaat yang kita lakukan? Sebagai contoh, ketika kita memberikan beras untuk tetangga kita yang kurang mampu, mungkinkah muncul prasangka dari tetangga kita yang lain bahwa kita hanya berniat pamer? Atau bahkan orang yang kita beri beras itu berprasangka bahwa kita ada maunya? Mungkinkah juga ada rasa iri yang timbul dari tetangga kita yang lain karena dia tidak diberi beras? Kemungkinan-kemungkinan buruk itu pasti ada.

Sebenarnya, efek positif dari tindakan kita pun akan muncul. Misalnya, tetangga kita tidak jadi kelaparan, kita pun bisa merasa bahagia karena bisa membantu orang, dan mungkin juga tetangga kita yang mampu menolong bisa termotivasi untuk menolong juga. Walaupun efek positifnya selalu ada, yang negatif pun bisa muncul pula. Jadi, jangan merasa heran ketika kita melakukan kebaikan, akan muncul efek-efek yang tidak baik. Ingatlah bahwa petani padi pun mengalami hal yang sama; niatnya menanam padi agar bisa dikonsumsi, malah rumput pun ikut tumbuh subur. Apakah petani marah ketika tahu bahwa rumput ikut tumbuh subur di tanaman padinya? Kalaupun memang dia marah, dia tidak membabati padinya sekalian; yang dia babat hanya rumputnya.

Nah, saya pernah dengan sengaja menanam satu jenis rumput. Pastinya yang tumbuh subur ya rumput itu, dan di sekelilingnya tumbuh rumput-rumput jenis lain yang ikut subur juga. Tidak ada padi yang tumbuh. Lha wong saya memang tidak menancapkan benih padi di tanah tempat rumput itu. Sama halnya dengan melakukan tindakan yang tidak bermanfaat. Sebagai contoh, ketika kita berkata kasar kepada orang lain, pasti akan muncul efek-efek negatif. Orang itu akan merasa sakit hati kepada kita. Suatu saat mungkin dia akan membalas perbuatan kita. Efek lainnya adalah rasa penyesalan kita. Adakah efek positif dari apa yang kita lakukan itu? Jika memang kepuasan diri kita setelah berkata kasar tersebut dianggap sebagai efek positif, berarti itu kurang tepat. Itu adalah pelampiasan hawa nafsu; dan pelampiasan hawa nafsu apapun merupakan hal yang tidak ada manfaatnya.

Jadi, jangan pernah takut melakukan kebaikan walaupun akan muncul reaksi-reaksi yang tidak baik dari kebaikan kita itu. Jika kita kuatir akan munculnya reaksi-reaksi negatif itu, kita tidak akan pernah melakukan kebaikan. Jika niat kita mulia, reaksi-reaksi negatif tersebut akan terkikis dengan sendirinya.