Labels

08/08/2014

Endonesia Kebul Kendaraan

Kalau ada yang belum kenal kata "kebul", kata ini diambil dari bahasa Jawa yang artinya asap. Semua kota di Indonesia sedang mengalami penderitaan karena kebul ini. Apalagi ketika arus mudik-balik yang baru saja berlalu. Pagi hari yang harusnya sejuk segar menjadi sesak di dada karena antrian kendaraan.

Yang membuat saya takjub adalah semakin banyaknya jumlah kendaraan itu. Berarti orang Indonesia bisa dikatakan mampu karena mereka bisa membeli kendaraan bermotor. Paling tidak mereka bisa membayar uang muka dan ketika disurvei oleh lembaga pembiayaan, mereka tergolong debitur yang tidak akan macet ketika mengangsur. Debitur senang karena mereka bisa naik kendaraan bermotor yang baru; dealer pun senang karena mereka bisa mencapai target penjualan. Lha lembaga pembiayaan? Senang juga karena modalnya bisa diputar.

Nah, saking banyaknya kendaraan bermotor di jalan, semua dibuat pusing; pengendara pusing karena macet dan asap,  pejalan kaki dan pengendara sepeda pancal pusing karena asap juga, penduduk di sekitar jalan jadi pusing karena suaranya yang bising, pemerintah pusing karena pasti akan ada pembengkakan dana (dana untuk perbaikan dan pelebaran sarana jalan, dana untuk pembebasan lahan untuk keperluan pelebaran jalan atau pembuatan jalan baru, dana untuk subsidi BBM, dan dana-dana yang lain).

Langkah pemerintah sebenarnya cukup bagus untuk menekan lajunya pertambahan jumlah kendaraan bermotor. Misalnya adanya penentuan uang muka pembelian kendaraan bermotor yang harus minimal 25%-30% dari harganya. Ada lagi cara yaitu dengan menaikkan harga BBM hampir setiap tahun. Mungkin pemerintah berpikir bahwa jika harga BBM dinaikkan, rakyat akan pikir-pikir jika akan membeli kendaraan bermotor. Lalu ada juga yang berupa pembatasan subsidi BBM. Wajarlah kalau harga BBM selalu naik walaupun ada subsidi karena memang harga minyak dunia juga sangat mahal. Tapi ya tetep saja saya yang hanya "wong cilik" sering menjerit kalau ada kenaikan harga BBM.

Yang mengherankan adalah mengapa jumlah kendaraan bermotor di jalan semakin bertambah banyak padahal harga BBM semakin naik? Yang lebih mengherankan lagi adalah kendaraan bermotor yang lalu lalang itu lebih banyak yang baru daripada yang lama; mobil-mobil mengkilap dengan plat mobil yang masih baru, motor-motor cling dengan platnya yang baru pula (bahkan malah tidak ada platnya). Benar-benar banyak orang kaya di Indonesia!

Kalau seperti itu, apakah pemerintah tidak pusing? Atau malah jangan-jangan pemerintah bangga dengan banyaknya kendaraan bermotor yang baru di jalan-jalan? Bangga karena rakyatnya sudah makmur hingga mampu beli mobil dan motor baru? Waduh berarti pemerintahnya sakit jiwa!

Kalau pemerintah bisa berpikir jernih, mestinya ada cara yang lebih jitu dan tegas untuk menekan laju pertambahan jumlah kendaraan bermotor. Masyarakat Indonesia walaupun terdiri dari suku-suku yang beraneka ragam, tetep hanya ada 2 golongan jika dilihat dari kepentingan mereka dalam membeli kendaraan. Golongan pertama adalah yang memang benar-benar memerlukan kendaraan untuk penghidupannya, dan golongan kedua adalah yang hanya ingin dipandang sebagai orang berduit (selalu gonta-ganti motor baru, memajang mobil di depan rumah, dipajang saja dan mungkin digunakan setahun sekali untuk keperluan mudik). Tanpa melihat golongan tersebut, seharusnya pemerintah bisa menerapkan peraturan-peraturan tegas tentang kepemilikan kendaraan bermotor. Misalnya adalah pemberlakuan pajak kendaraan bermotor tahunan (PKB) khusus motor biasa (bukan motor besar yang mewah) dengan tarif yang dinaikkan 50%-100%. Saya pribadi pasti akan menjerit jika ada kenaikan pajak motor. Tapi karena saya membutuhkan motor untuk penghidupan saya, mau tidak mau saya harus patuh pada pemerintah. Cara ini pun mestinya lumayan bisa membuat orang berpikir dua kali untuk membeli motor baru. Lagi pula uang pajaknya digunakan untuk pembangunan (kalau tidak dikorupsi lho.... ).

Sementara itu, PKB untuk mobil mestinya dikenakan tarif yang lebih tinggi karena harganya yang tinggi. Untuk mobil lama, pengenaan tarif PKB nya bisa dibuat sama dengan pengenaan tarif untuk motor, yaitu naik 50%-100%. Untuk mobil baru, tarif PKB sebesar 1x harga mobil. Dijamin tidak ada orang yang mau memamerkan kekayaannya dengan memajang mobil barunya di depan rumah! Untuk mobil mewah, lama atau baru, dan motor gede lama atau baru, dikenakan tarif PKB sebesar 3x harga kendaraannya. Bayangkan jika seorang milyuner harus membayar pajak untuk motor gedenya yang seharga 500juta dan mobil mewahnya yang seharga 2 milyar. Tiap tahun dia harus membayar pajak sebesar 1,5 milyar untuk motornya dan 6 milyar untuk mobilnya!! Biar tahu rasa!! Kalau dia bersedia membayar pajaknya tiap tahun, negara akan sangat terbantu untuk pembangunan. Kalau dia tidak bersedia, mau tidak mau dia harus "membuang" kendaraannya.

Bisa dibayangkan betapa tentram dan tenangnya kota-kota jika peraturan seperti di atas diterapkan di Indonesia. Jalanan akan lancar, udara terasa segar, telinga tidak mendengar kendaraan yang hingar bingar.

Eitss, tapi tunggu dulu! Nasib karyawan dealer mobil motor bagaimana? Tenang, pengusahanya disuruh pindah ke usaha distribusi atau manufaktur sepeda pancal. Tidak akan ada pengangguran. Bagi masyarakat Indonesia yang hobi pamer, mereka bisa beli sepeda pancal yang harganya ratusan juta kok. Pasti ada. Tetep bayar pajak juga untuk barang mewah. Tenang, masyarakat yang suka pamer pun masih bisa membantu pembangunan walaupun tanpa memiliki mobil mewah kok.

Happy endingnya adalah Endonesia Kebul Kendaraan berubah menjadi Indonesia Sehat Paru. Paru-paru yang sehat karena asap kendaraan yang berkurang, dan paru-paru yang sehat berkat sepeda pancal.

08/02/2014

the value of yours

It is not appropriate to say that somebody is a good person or bad just by knowing what s/he has done to her/himself or to others. I don't mean that what most religions have established about the good and the bad is wrong. I still believe that the good will go to heaven and the bad will go to hell. In daily life, however, we often conclude that Mr. X, for example, is a very good person because he always gives money to the poor. We don't know what his purpose to do that is. There are some possibilities why he does that; maybe he has too much money, or maybe he wants to get helps from the poor if he needs something. He might even want to get compliments from others in his neighborhood. Who knows?

Stealing is wrong. It breaks the law. Everybody knows that. If you steal something and then you are caught, you will be in jail because you have done something bad. And maybe people around you will say that you are a bad person. Let us think in a different perspective; not about the stealing itself but about the reason why you steal. If you steal a car because your neighbor has a car and you want to be like your neighbor (to look rich), I am definitely sure that you deserve to go to jail. If you steal a car because you need to take someone bleeding because of an accident to the hospital, I don't think you will go to jail for a very long time. Yes, you will go to jail because you have taken somebody else's property without permission. But from the reason point of view, you do that for the sake of humanity. The judge will of course lighten the punishment for you.

So, to make life easier, I myself never think that what I do is good or bad. What I care more is the after effects of what I have done. For me, being alone in a small library with badly arranged collections of books is a nice thing to do. But for many people, it is stupid. And stupid means bad. It's stupid and bad because many people will think that I just want to be undisturbed, unsociable, and secluded. What I actually find out about being alone in this place is that I can exercise my brain and muscle. I can think of how I will manage the collections. I can get healthy because arranging books and shelves needs physical energy. I get the benefit from that. Then if God will decide whether I will go to heaven or hell because of my being alone in the library, I and other human beings may not interfere the decision making.

As a conclusion, when we are going to do something, think about the effect. When your voice is so very super loud when speaking in a room with some people in it, think about the effects. Will it relieve your tension or hurt your throat? Will it entertain the people inside or hurt their ears?



27/01/2014

Berbicara dan Berisi

Saya sebenarnya berpikir kenapa begitu banyak pembicara yang memberi motivasi tentang hidup, baik itu tentang karir, rumah tangga, studi, dan lain-lain. Apa nomor satu yang ada di benak para pembicara tersebut? Berniat untuk membantu mengarahkan hidup orang lain, ataukah berniat mencari penghidupan (=penghasilan)? Kedua niat tersebut sama-sama baik; sama-sama membantu orang lain. Yang pertama membantu pendengar, yang kedua membantu pasangan hidup dan anak-anak agar dapur tetap mengepul dan agar anak-anak mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak.

Saya pernah mengenal permainan yang disebut 'simon says'. Di permainan tersebut, instruktur memberi perintah dan dia juga melakukan perintah tersebut. Contoh perintahnya adalah 'pegang pundakmu', 'pegang dagumu', 'pegang pipimu'. Instruktur pun melakukan hal yang sama. Ada saatnya ketika perintah adalah 'pegang telingamu', instruktur malah memegang pipinya. Maka terjadilah kecenderungan bahwa banyak peserta permainan juga memegang pipi, bukannya memegang telinga. Apa yang sebenarnya terjadi? Contoh nyata lah yang akan ditiru; bukan perintah yang terucap.

Seorang pembicara pernah mengungkapkan pendapat yaitu: 'jika ingin seseorang melakukan sesuatu, lakukan action dulu, jangan memberi perintah. Niscaya orang tersebut akan melakukan apa yang sudah anda lakukan'. Sebagai contoh, anda ingin adik anda memasukkan sisa uang jajannya ke celengannya sendiri. Kalau anda hanya menasihati adik anda tentang pentingnya menabung dan berhemat, dan menyuruh dia agar memasukkan sisa uang jajannya ke celengannya, sementara anda sendiri berfoya-foya tanpa berusaha mengisi celengan anda sendiri, nasib adik anda akan sama dengan anda. Energi berbicara anda akan sangat terkuras habis tanpa hasil.

Nah, apakah dengan begitu banyaknya peserta seminar motivasi yang datang akan tercipta manusia-manusia yang berubah kebiasaannya yang banyak pula? Hanya Tuhan yang tahu karena berubahnya kebiasaan seseorang urusannya dengan otak dan nurani, dan roh. Itu urusannya Tuhan. Yang jelas, contoh nyata yang baik akan menghasilkan yang baik juga.

(Nah lagi, kalau ingin jadi pembicara yang sukses, datangi seminar-seminar dan dengarkan orang berbicara. Mau download youtube juga bisa. TEDTALK saya rekomendasikan.)